Dalam
memandang diri sendiri adalah sebuah proses penilaian yang kadang
bersifat subjektif, bahkan terkadang irasional. Proses memandang dan
menilai diri sendiri dipengaruhi oleh keadaan fisik (seperti kecacatan,
kecantikan, ketampanan, dan lain-lain) dan psikologis (seperti tekanan
dan pengalaman masa lalu, hasil pembelajaran dan lain-lain) serta sosial
(keberfungsian secara sosial). Dalam memandang diri sendiri, ada dua
istilah yang tidak bisa dipisahkan yaitu harga diri (self esteem) dan konsep diri (self consept).
Harga diri (self esteem) adalah penilaian orang lain terhadap diri sendiri. Penilaian ini bisa bersifat positif maupun negatif.Sedangkan Konsep diri (self concept)
di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Jadi konsep diri adalah
penilaian yang berasal dari dalam diri sendiri.
Seseorang
dengan harga diri rendah, akan membatasi gerak pergaulannya, kurang
aktif dan kurang percaya diri dalam berkomunikasi, dan lebih jauh lagi,
tidak dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Rentang
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dapat dilihat dalam
ilustrasi dibawah ini:
Penyebab seseorang mengalami harga diri rendah, banyak faktor yang melatarbelakanginya. Faktor-faktor itu antara lain:
- Pola Asuh Keluarga
Pola
asuh sangat mempengaruhi bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri.
Pola asuh yang otoriter, terkadang mengalami masalah yang maladaptif
dalam menilai diri. sebaliknya, pola asuh yang permisif, terkadang
kurang control, sehingga tidak bisa membedakan mana perilaku yang bisa
diterima oleh masyarakat dan mana yang tidak.
- Tekanan/Trauma
Trauma
disini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti kekerasan fisik dan
seksual, dan kejadian lain yang mengancam individu sehingga individu
tidak bisa lepas dari bayang-bayang ancaman tersebut. Sudah tentu trauma
disini bersifat patologis.
- Keadaan Fisik
Keadaan
fisik juga mempengaruhi harga diri seseorang. Dengan keadaan fisik yang
kurang/cacat membuat individu merasa kurang sempurna, dan akan diejek
oleh orang lain karena kekurangan tersebut. Hal ini yang kadang membuat
seseorang minder dan tidak menerima keadaannya dengan menarik diri untuk
menyembunyikan kekurangan tersebut.
- Ketidakberfungsian Secara Sosial
Ketidakberfungsian
secara sosial disini adalah tidak mampunya seorang individu menempatkan
dirinya dalam fungsi sosial. Misalnya seorang kepala rumah tangga yang
menganggur, akan merasa rendah diri dalam kehidupan sosialnya. Seorang
sarjana yang menganggur, akan merasa rendah diri dan akan menarik diri
dari pergaulan sosialnya, karena merasa malu dengan statusnya (karena
tidak berfungsi secara sosial)
Cara Mengukur Harga Diri: Apakah Anda Mempunyai Harga Diri yang Rendah?
Harga diri (self esteem)
adalah penilaian orang lain terhadap diri sendiri. Penilaian ini bisa
bersifat positif maupun negatif. Jika orang menilai positif terhadap
dirinya, maka ia akan percaya diri dalam mengerjakan hal-hal yang ia
kerjakan dan memperoleh hasil yang positif pula. Sebaliknya, orang yang
menilai negatif terhadap dirinya, hasil yang didapatkan pun tidak
menggembirakan. Penilaian atau evaluasi orang lain baik positif maupun
negatif terhadap diri inilah yang disebut dengan harga diri (self esteem).
Setiap orang menginginkan harga diri yang positif. Mengapa demikian? Menurut Vaughan dkk (2002), ini dikarenakan oleh:
- Harga diri yang positif membuat orang merasa nyaman dengan dirinya sendiri di tengah kepastian akan kematian yang suatu waktu akan dihadapinya.
- Harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan, kesepian, dan penolakan sosial. Dalam hal ini, harga diri sebagai alat ukur sosial (sociometer) untuk melihat sejauh mana seseorang merasa diterima dan menyatu dengan lingkungan sosialnya. Dengan demikian, semakin positif harga diri yang dimiliki, semakin menunjukkan bahwa ia semakin merasa diterima dan menyatu dengan orang-orang disekitarnya.
Sebenarnya harga diri (self esteem) bisa diukur sama dengan konstrak psikologi lainnya. Cara mengukurnya bisa secara eksplisit (dilakukan dengan meminta orang untuk memberikan rating; mulai dari sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai, terhadap sejumlah pernyataan tentang diri). Pengukuran harga diri (self esteem) juga bisa secara implicit (dilakukan dengan mengukur kecepatan reaksi orang terhadap sejumlah stimulus yang diasosiasikan dengan diri subjek).
Salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur harga diri (self esteem)
secara eksplisit adalah skala Rosenberg (Baron dkk, 2006). Skala
Rosenberg terdiri dari 10 item pernyataan tentang diri. Skala Rosenberg
itu adalah sebagai berikut (terjemahan kedalam bahasa Indonesia):
- Saya merasa sebagai orang yang berguna, paling tidak sama seperti orang lain.
- Saya merasa memiliki sejumlah kualitas yang baik.
- Secara umum, saya cenderung merasa sebagai orang yang gagal.
- Saya mampu melakukan hal-hal sebaik yang kebanyakan orang lakukan.
- Saya merasa tidak memiliki banyak hal yang dibanggakan.
- Saya memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
- Secara umum, saya puas dengan diri saya.
- Saya berharap saya lebih menghargai diri saya sendiri.
- Saya sering kali merasa tidak berguna.
- Saya sering kali berpikir saya sama sekali bukan orang yang baik.
Skala diatas adalah skala untuk mengukur harga diri (self esteem). Jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan diri, beri angka 1. Jika tidak sesuai dengan diri, beri angka 2. Jika agak sesuai dengan diri, beri angka 3. Jika sesuai dengan diri, beri angka 4. Jika sangat sesuai dengan diri, beri angka 5.
Tetapi perlu diingat bahwa, skala diatas mempunyai pernyataan yang favorable dan unfavorable.
Jika anda mendapatkan nilai yang tinggi, berarti anda memunyai harga
diri yang tinggi. Jika hasil skor skala rendah, berarti anda mempunyai
harga diri yang rendah. Silahkan mencoba, mengukur harga diri anda
sendiri…!!!
0 komentar